Oleh: Armand Rambah
Malay Music Institute sebagai
pihak pelaksanaan helat seni Hitam Putih kembali melaksanakan kegiatan tersebut
pada hari Rabu tanggal 28 s.d. hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014. Mulai dari
tanggal 28 Mei 2014 malam, helat ini sudah dibuka dengan kegiatan technical meeting dengan peserta workshop yang diadakan di gedung serba
guna Taman Budaya Propinsi Riau. Untuk selanjutnya pada hari Kamis dan Jumat
tanggal 29 s.d. 30 Mei 2014 kegiatan workshop
mulai dilakukan bertempat di rumah tari yang berada di lingkungan Taman
Budaya tersebut. Puncak dari helat Hitam Putih ini adalah penampilan bersama
peserta workshop dan beberapa grup
musik yang sengaja diundang oleh pihak panitia pada hari Sabtu malam tanggal 31
Mei 2014 yang diselenggarakan di Anjungan Seni Idrus Tintin.
Even seni musik yang sudah
terselenggara sejak dari tahun 2003 hingga 2009 dan terhenti dari tahun 2010
sampai 2013 tidak bisa dipungkiri adalah sudah menjadi milik dan kebanggaan
masyarakat Riau. Terlaksananya kembali helat Hitam Putih ke-8 tahun 2014 ini,
tentu tidak terlepas dari kerja keras Malay
Music Institute sebagai pihak penyelenggara yang mampu meyakinkan
pemerintah pusat untuk memberikan dana APBN guna terselenggaranya kegiatan ini.
Untuk hal itu, mestilah diberikan apresiasi.
Pada kegiatan ini panitia membuat
tema dari acara tersebut adalah Malay
Melodies. Ekspektasi yang hendak dicapai pada awalnya adalah bagaimana
nantinya peserta workshop dapat
mempelajari bagaimana teknik bermain alat melodis Melayu tersebut. Namun
melihat kondisi peserta workshop yang
rata-rata memang sudah piawai di dalam memainkan alat musik Melayu itu, maka
materi workshop dirubah menjadi
bagaimana cara membuat komposisi musik. Perubahan ini didasari oleh banyaknya
minat peserta, yang notabene adalah generasi muda, terhadap persoalan komposisi
musik ini. Apalagi wacana tentang hal ini jarang sekali diadakan di luar
lingkungan kampus seni musik yang memang merupakan suatu keharusan di dalam
sebaran matakuliahnya. Tentu dengan kondisi skill permainan yang baik dari
peserta workshop ini, akan lebih
memudahkan instruktur untuk menyampaikan materi di dalam proses latihan
nantinya. Dan, begitulah pada kenyataannya.
Tema Malay Melodies yang diusung oleh pihak panitia pada even Hitam
Putih kali ini, secara sederhana dapat dipahami dengan bagaimana menghasilkan
melodi-melodi Melayu baik itu menggunakan instrumen musik Melayu maupun
non-Melayu. Beberapa instrumen musik Melayu atau instrumen musik yang sudah
merupakan ciri khas musik Melayu, di antaranya adalah biola, gambus, akordion,
perkusi Melayu (bebano, kompang, gendang panjang atau gendang silat dan
marwas). Sedangkan instrumen musik non-Melayu, digunakan juga flute, cello dan
mandolin sebagai tambahannya.
Ada lima orang yang ditunjuk sebagai
pemateri pada acara Hitam Putih kali ke-8 ini. Tiga di antaranya ialah seniman
musik yang berasal dari Pekanbaru yaitu, SPN Zuarman Ahmad, SPN Armand Rambah
(penulis sendiri), Rino Dezapati Riau, Armen dari Jakarta dan Jart Hassan dari
negeri serumpun Malaysia. Namun pada acara workshop
komposisi musik berlangsung, hanya empat orang dari pemateri yang pemaparkan
hal ihwal tentang persoalan komposisi musik tersebut. Sedangkan pemateri dari
Malaysia tidak jadi hadir sebagai nara sumber komposisi musik.
Panitia sengaja mengundang peserta workshop yang berasal dari
kabupaten/kota yang berada di Propinsi Riau ini. Akan tetapi sangat disayangkan
tidak semua kabupaten/kota dapat mengutus pesertanya untuk dapat menghadiri
kegiatan ini. Hanya Kabupaten Meranti, Pelalawan dan Dumai saja yang mengirim
utusannya untuk ikut acara workshop tersebut,
sedangkan selebihnya adalah peserta yang dikondisikan. Maksudnya adalah dalam
pengertian seniman musik yang berasal dari kabupaten-kabupaten yang ada di Riau
namun sudah bermastautin di Pekanbaru. Barangkali hal ini disebabkan oleh
persiapan yang tidak terlalu panjang di dalam proses pelaksanaan. Namun
walaupun demikian, acara workshop yang
berlangsung dua hari tersebut tetap mencapai target yang telah ditentukan.
Pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014
malam merupakan malam puncak dari perhelatan Hitam Putih kali ke-8 ini. Di mana
ditampilkan beberapa pertunjukan musik di antaranya adalah penampilan hasil workshop yang telah dilakukan
sebelumnya. Di samping itu ada juga penampilan dari kelompok lainnya seperti
Grup Batin Galang dari Kepulauan Meranti, Riau Rhythm dari Pekanbaru dan Field
Player dari Malaysia.
Bila dicermati pada malam
pertunjukan tersebut, ada satu hal yang perlu dievaluasi dari aspek materi yang
ditampilkan. Tentu yang dimaksud adalah korelasinya dengan subtansi orientasi
dari konsep iven Hitam Putih ini. Sepengetahuan penulis yang pernah mengikuti
acara Hitam Putih ini dari awal, agaknya kali ke-8 pelaksanaan Hitam Putih ini
mengalami pereduksian nilai dari konsep materi pertunjukannya. Tentu tidak
dalam rangka meniadakan apalagi merendahkan sesuatu. Nampak jelas materi yang
dibawakan oleh grup Batin Galang yang berasal dari Kepulauan Meranti dan Field
Player dari Malaysia, menurut penulis out
of context dari konsep Hitam Putih yang terdahulu. Walaupun Riau Rhythm
secara konsep dapat diterima namun penampilannya agak terkesan seperti grup
musik populer.
Akhirnya, diperlukan sosialisasi mengenai
konsep dari Hitam Putih ini kepada para peserta yang direkomendasi untuk tampil
pada perhelatan ini. Jikalau diperlukan, mestilah ditata ulang kembali dan
didefenisikan apa-apa yang menjadi orientasi serta harapan yang hendak dicapai
dari helat ini. Agar peristiwa yang diulang-ulang, tidak menjadi perlakuan yang
sia-sia demi tercapainya kualitas dari seni musik itu sendiri. Bak kata pepatah
“minyak habis gulai tak sedap”. Tentu bukan ini yang diharapkan.
lu real...
BalasHapus