oleh: armand rambah




music is a science and an art

Minggu, 08 Maret 2015

Hitam Putih Kali Ke-8


Oleh: Armand Rambah
Malay Music Institute sebagai pihak pelaksanaan helat seni Hitam Putih kembali melaksanakan kegiatan tersebut pada hari Rabu tanggal 28 s.d. hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014. Mulai dari tanggal 28 Mei 2014 malam, helat ini sudah dibuka dengan kegiatan technical meeting dengan peserta workshop yang diadakan di gedung serba guna Taman Budaya Propinsi Riau. Untuk selanjutnya pada hari Kamis dan Jumat tanggal 29 s.d. 30 Mei 2014 kegiatan workshop mulai dilakukan bertempat di rumah tari yang berada di lingkungan Taman Budaya tersebut. Puncak dari helat Hitam Putih ini adalah penampilan bersama peserta workshop dan beberapa grup musik yang sengaja diundang oleh pihak panitia pada hari Sabtu malam tanggal 31 Mei 2014 yang diselenggarakan di Anjungan Seni Idrus Tintin.
Even seni musik yang sudah terselenggara sejak dari tahun 2003 hingga 2009 dan terhenti dari tahun 2010 sampai 2013 tidak bisa dipungkiri adalah sudah menjadi milik dan kebanggaan masyarakat Riau. Terlaksananya kembali helat Hitam Putih ke-8 tahun 2014 ini, tentu tidak terlepas dari kerja keras Malay Music Institute sebagai pihak penyelenggara yang mampu meyakinkan pemerintah pusat untuk memberikan dana APBN guna terselenggaranya kegiatan ini. Untuk hal itu, mestilah diberikan apresiasi.
Pada kegiatan ini panitia membuat tema dari acara tersebut adalah Malay Melodies. Ekspektasi yang hendak dicapai pada awalnya adalah bagaimana nantinya peserta workshop dapat mempelajari bagaimana teknik bermain alat melodis Melayu tersebut. Namun melihat kondisi peserta workshop yang rata-rata memang sudah piawai di dalam memainkan alat musik Melayu itu, maka materi workshop dirubah menjadi bagaimana cara membuat komposisi musik. Perubahan ini didasari oleh banyaknya minat peserta, yang notabene adalah generasi muda, terhadap persoalan komposisi musik ini. Apalagi wacana tentang hal ini jarang sekali diadakan di luar lingkungan kampus seni musik yang memang merupakan suatu keharusan di dalam sebaran matakuliahnya. Tentu dengan kondisi skill permainan yang baik dari peserta workshop ini, akan lebih memudahkan instruktur untuk menyampaikan materi di dalam proses latihan nantinya. Dan, begitulah pada kenyataannya.
Tema Malay Melodies yang diusung oleh pihak panitia pada even Hitam Putih kali ini, secara sederhana dapat dipahami dengan bagaimana menghasilkan melodi-melodi Melayu baik itu menggunakan instrumen musik Melayu maupun non-Melayu. Beberapa instrumen musik Melayu atau instrumen musik yang sudah merupakan ciri khas musik Melayu, di antaranya adalah biola, gambus, akordion, perkusi Melayu (bebano, kompang, gendang panjang atau gendang silat dan marwas). Sedangkan instrumen musik non-Melayu, digunakan juga flute, cello dan mandolin sebagai tambahannya.
Ada lima orang yang ditunjuk sebagai pemateri pada acara Hitam Putih kali ke-8 ini. Tiga di antaranya ialah seniman musik yang berasal dari Pekanbaru yaitu, SPN Zuarman Ahmad, SPN Armand Rambah (penulis sendiri), Rino Dezapati Riau, Armen dari Jakarta dan Jart Hassan dari negeri serumpun Malaysia. Namun pada acara workshop komposisi musik berlangsung, hanya empat orang dari pemateri yang pemaparkan hal ihwal tentang persoalan komposisi musik tersebut. Sedangkan pemateri dari Malaysia tidak jadi hadir sebagai nara sumber komposisi musik.
Panitia sengaja mengundang peserta workshop yang berasal dari kabupaten/kota yang berada di Propinsi Riau ini. Akan tetapi sangat disayangkan tidak semua kabupaten/kota dapat mengutus pesertanya untuk dapat menghadiri kegiatan ini. Hanya Kabupaten Meranti, Pelalawan dan Dumai saja yang mengirim utusannya untuk ikut acara workshop tersebut, sedangkan selebihnya adalah peserta yang dikondisikan. Maksudnya adalah dalam pengertian seniman musik yang berasal dari kabupaten-kabupaten yang ada di Riau namun sudah bermastautin di Pekanbaru. Barangkali hal ini disebabkan oleh persiapan yang tidak terlalu panjang di dalam proses pelaksanaan. Namun walaupun demikian, acara workshop yang berlangsung dua hari tersebut tetap mencapai target yang telah ditentukan.
Pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014 malam merupakan malam puncak dari perhelatan Hitam Putih kali ke-8 ini. Di mana ditampilkan beberapa pertunjukan musik di antaranya adalah penampilan hasil workshop yang telah dilakukan sebelumnya. Di samping itu ada juga penampilan dari kelompok lainnya seperti Grup Batin Galang dari Kepulauan Meranti, Riau Rhythm dari Pekanbaru dan Field Player dari Malaysia.
Bila dicermati pada malam pertunjukan tersebut, ada satu hal yang perlu dievaluasi dari aspek materi yang ditampilkan. Tentu yang dimaksud adalah korelasinya dengan subtansi orientasi dari konsep iven Hitam Putih ini. Sepengetahuan penulis yang pernah mengikuti acara Hitam Putih ini dari awal, agaknya kali ke-8 pelaksanaan Hitam Putih ini mengalami pereduksian nilai dari konsep materi pertunjukannya. Tentu tidak dalam rangka meniadakan apalagi merendahkan sesuatu. Nampak jelas materi yang dibawakan oleh grup Batin Galang yang berasal dari Kepulauan Meranti dan Field Player dari Malaysia, menurut penulis out of context dari konsep Hitam Putih yang terdahulu. Walaupun Riau Rhythm secara konsep dapat diterima namun penampilannya agak terkesan seperti grup musik populer.
 Akhirnya, diperlukan sosialisasi mengenai konsep dari Hitam Putih ini kepada para peserta yang direkomendasi untuk tampil pada perhelatan ini. Jikalau diperlukan, mestilah ditata ulang kembali dan didefenisikan apa-apa yang menjadi orientasi serta harapan yang hendak dicapai dari helat ini. Agar peristiwa yang diulang-ulang, tidak menjadi perlakuan yang sia-sia demi tercapainya kualitas dari seni musik itu sendiri. Bak kata pepatah “minyak habis gulai tak sedap”. Tentu bukan ini yang diharapkan.

1 komentar: