oleh: armand rambah




music is a science and an art

Jumat, 15 Mei 2015

PEMBINAAN MUSIK PROPINSI RIAU


Oleh: Armand Rambah

Judul kegiatan yang dibuat oleh pihak panitia di atas, sekaligus menandai bentuk kegiatan yang juga dapat menimbulkan berbagai pertanyaan. Misalnya, apakah yang dimaksud dengan musik Propinsi Riau itu? Adakah musik Propinsi Riau itu? Lalu, bagaimanakah bentuk musik Propinsi Riau itu? Tentu beberapa pertanyaan lainnya dapat disebutkan dalam konteks yang sama.
Namun dalam hal ini, dapatlah dipahami agaknya maksud dari judul kegiatan yang dibuat oleh pihak penyelenggara adalah musik yang ada di berbagai daerah yang ada di Propinsi Riau ini. Sebut saja misalnya musik zapin, gondang burogong dan lain sebagainya. Agar tidak memunculkan berbagai pertanyaan, sebaiknya judul di atas dipahami menjadi “Pembinaan Musik-Musik Daerah di Propinsi Riau”.   
Sudah kali ke sekian pembinaan musik dilakukan di Propinsi Riau ini dengan judul ataupun tema yang berbeda, namun substansinya sama. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, diselenggarakan pada tanggal 11 sampai dengan 13 Mei 2015 di salah satu hotel berbintang yang ada di kota Pekanbaru. Pada intinya, kegiatan ini dapatlah dikatakan semacam bengkel (workshop) seni musik yang telah berkali-kali juga sudah dilakukan oleh berbagai dinas terkait.
Untuk kegiatan ini pihak penyelenggara menghadirkan lima orang pemateri di mana dua orang dari Institut Kesenian Jakarta, satu orang dari Institut Seni Indonesia Padangpanjang dan dua orang lagi merupakan pemateri tempatan. Di mana penulis salah satu dari dua orang pemateri tempatan tersebut yang mewakili institusi Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR).
Selain pemateri, panitia juga mendatangkan peserta dari berbagai daerah yang ada di Propinsi Riau ini, akan tetapi tidak semua kabupaten/kota yang ada di Pripinsi Riau ini diikut sertakan dalam kegiatan kali ini. Barangkali disebabkan oleh persoalan pendanaan yang tidak cukup untuk mengakomodir seluruh kabupataen/kota yang ada. Hanya tujuh delegasi saja yang dihadirkan, di antaranya Kabupaten Siak, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Kuantan Singingi dan Kota Pekanbaru. Kecuali utusan Pekanbaru yang jumlahnya 20 orang, yang merupakan mahasiswa program studi musik dari Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) yang sengaja diundang oleh pihak panitia, maka peserta dari kabupaten sebagaimana yang telah disebutkan hanya diminta sebanyak lima orang saja.
Hari pertama kegiatan ini, tepatnya pada malam hari, para pemateri melakukan pembekalan sekaligus menentukan arah dari orientasi karya yang akan dibuat nantinya. Walaupun bila dilihat dari peserta yang ikut, rata-rata semuanya sudah memiliki pengetahuan dan bahkan sudah melakukan bagaimana menciptakan suatu komposisi musik. Baik itu secara akademik maupun otodidak.
Namun satu hal yang pasti, para peserta sudah dapat dikatakan mahir di dalam memainkan instrumen yang menjadi pegangannya. Inilah yang sangat membantu dari proses pengkaryaan yang dilakukan oleh para peserta workshop musik tersebut. Tentu saja kekurangan di sana-sini masih terlihat, hal ini dikarenakan berbagai hal yang terkadang luput dari perencanaan. Di samping kekurangan yang ada, tentulah manfaat juga didapat oleh para peserta yaitu dalam hal konsepsi-konsepsi lain dalam dunia penciptaan karya musik dari berbagai pemateri. Walaupun ada wacana yang baru, namun masih ada juga wacana yang barangkali bisa dikatakan sudah usang yang dipaparkan oleh para pemateri tersebut.
Mengingat waktu pelaksanaan yang begitu singkat, tentu tidaklah bijak bilamana kita berharap terlalu berlebih dari capaian kegiatan ini. Malam pertama, baru pada hal perencanaan, dilanjutkan hari kedua sampai dengan malamnya proses penggarapan dan pada hari ketiga paginya kegiatan ini ditutup. Jadi bila dikalkulasikan jamnya, maka tidak lebih dari dua belas jam saja para peserta melakukan proses penggarapan karya musik, yang harus mereka tampilkan pada saat acara penutupan kegiatan.
Walaupun waktu sesingkat itu, namun karya yang ditampilkan oleh para peserta tidaklah terlalu mengecewakan. Hal ini dikarenakan para peserta tersebut sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, adalah merupakan orang-orang (seniman musik) pilihan dari setiap daerah yang diundang. Tinggal saja pengembangan dari beberapa aspek musikal masih kurang tereksplor sebagaimana mestinya. Misalkan aspek melodi, ritme dan harmoninya. Tentu waktu menjadi penyebab utama dari persoalan ini.
Munculnya komposer-komposer baru dari dunia musik yang ada di tanah Melayu ini, adalah harapan dari diselenggarakannya kegiatan ini. Namun perlu dicermati dan diperhatikan lagi bagi dinas terkait sebagai pihak penyelenggara, mestilah secara konsep dan pelaksanaan lebih tertata lagi. Misalnya saja perlu ada tujuan yang mencerdaskan dan jangan terkesan hanya sekedar menghabiskan dana yang notabene adalah uang rakyat. Sebagaimana hal ini disampaikan oleh salah seorang Kepala Bidang di dalam pidato penutupannya. Hal lain juga yang perlu mendapatkan perhatian adalah perlunya keberlangsungan dari kegiatan ini, agar substansinya tidak hanya sekedar menjalankan rutinitas semata. Akan tetapi sebagai dinas terkait yang berkewajiban untuk melestarikan dan meyebarluaskan seni budaya menjadi bertanggungjawab sesuai dengan tupoksinya. Dengan demikian, evolusi dari seni budaya Melayu Riau ini, senantiasa bermetamerfosis mengikuti zamannya (up to date).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar