oleh: armand rambah




music is a science and an art

Senin, 06 April 2015

Minimnya Ruang Apresiasi Musik Seni di Pekanbaru

Melihat fenomena musik yang terjadi dewasa ini khususnya di Riau, terkhusus lagi di Pekanbaru, setidaknya kita dapat mengambil kesimpulan sementara. Adapun hipotesis tersebut yaitu minimnya kegiatan musik yang berorientasi pada wilayah apresiasi. Kecenderungan kegiatan musik yang ada hanya pada tataran hiburan belaka. Hal ini barangkali disebabkan oleh belum satunya paradigma musik yang dimiliki oleh para pelaku seni musik itu sendiri.  Musik masih dianggap hanya sebagai pelipur lara atau hanya sebagai suara latar di kala waktu senggang. Tentu banyak lagi penyebab yang dapat diuraikan sehingga fenomena ini masih terjadi sampai detik ini.

Dalam konteks kekinian, musik tentu tidak lagi bisa dianggap hanya sekedarnya saja. Musik mestilah didekati dengan  ilmu pengetuhuan yang gayut dengan musik itu sendiri dan ditambah dengan pengetahuan di luarnya. Untuk itu diperlukan ruang dialog yang bisa menstimulasi para pelaku seni musik, untuk lebih bertapak dan memiliki cara pandang yang up to date tentang musik itu sendiri. Dalam konteks ini, harus disadari bahwasanya berbagai disiplin ilmu di luar musik sudah sejak lama digunakan untuk membahas persoalan yang ada di musik. sebut saja misalnya disiplin ilmu antropologi, sosiologi, semiotik, psikologi dan lain sebagainya. Intinya, wacana musik sudah melintas ke berbagai percabangan ilmu lainnya yang ada di muka bumi ini.

Persoalah ini tentu merupakan tugas bersama dari para pemangku kepentingan di bidang musik khususnya di Riau, terkhusus lagi di Pekanbaru untuk mencarikan jalan keluar agar wacana tentang musik tersebut bermetamerfosis mengikuti zamannya. Hal ini tentu berdampak juga untuk perkembangan muatan lokal misalnya musik Melayu. Di mana nantinya lokal genius tersebut memiliki posisi tawar dalam menghadapi perkembangan global yang sangat kompetitif ini.  Semoga...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar