oleh: armand rambah




music is a science and an art

Rabu, 05 Agustus 2015

Komet di Istana Siak Sri Indrapura



Komet adalah sejenis gramophone (alat pemutar musik) yang terdapat di istana Siak Sri Indrapura yang merupakan salah satu dari dua komet yang masih ada di dunia ini. Satunya lagi berada di negera Jerman yang merupakan negara asal pembuatannya.
Komet yang ada di istana Siak dibawa oleh sultan Siak ke XI yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (Sultan Syarief Hasyim) sewaktu lawatan beliau ke Jerman pada tahun 1896. Menurut informasi dari salah seorang petugas yang ada di istana Siak, komet merupa barter dari rotan, kopi dan damar.
Saat ini, piringan musik yang terbuat dari baja tersebut masih tersisa sebanyak 17 keping yang terdiri dari karya-karya komposer terkenal dunia abad XVIII yaitu Beethoven, Mozart dan Strauss. Untuk memainkan satu karya tersebut menghabiskan waktu lebih kurang 10 sampai 15 menit setiap piringannya. Namun sangat disayangkan tidak semua piringan musik tersebut bisa dimainkan lagi, hal ini dikarenakan oleh kondisi piringan musik itu sudah mengalami kerusakan. Tentu di antara penyebabnya adalah faktor usia dan perawatan yang kurang maksimal. Komet tersebut merupakan keluaran Goldenberg & Zeitlin dengan nomor patent 95132.
Berbeda dengan piringan hitam, piringan musik baja pada komet ini berdiameter lebih kurang 90 cm yang dilubangi menurut bentuk lagunya. Dengan demikian setiap piringan tersebut terdapat banyak lubang yang merupakan konversi dari notasi-notasi musik. Selain dari itu bentuknyapun tidak sama satu dengan lainnya. Untuk membunyikan piringan musik tersebut, komet ini menggunakan sistem per yang mesti diputar terlebih dahulu. Hal ini sama seperti sistem yang juga selalu digunakan pada metronom, jam dinding maupun jam tangan yang non digital.
Di sinilah kelebihan komet ini yang tingkat kesulitan pembuatannya sangat tinggi sekaligus unik. Di mana teknik konversi dari notasi ke piringan baja tersebut memerlukan teknik dan kesabaran yang tinggi. Tentu dalam konteks ini, merujuk dari nama komposer tersebut di atas, dapat dipastikan notasi yang dikonversikan adalah notasi balok.
 Namun kondisi terkini dari komet tersebut tidak dapat lagi difungsikan dalam waktu yang lama, yang biasanya 10 sampai 15 menit untuk membunyikan setiap satu piringan musik tersebut. Hanya lebih kurang 3 sampai 5 menit saja komet ini dapat difungsikan, hal ini disebabkan oleh sistem per yang ada sudah melemah seiring dengan usia yang sudah lebih kurang 118 tahun lamanya.
Mengamati hal tersebut, agaknya diperlukan perbaikan agar fungsi dari komet ini tetap maksimal mengingat komet adalah salah satu dari kekayaan dunia yang masih tersisa hingga saat ini. Dan, itu terdapat di Kabupaten Siak, Propinsi Riau Indonesia. Selain dari pada itu, diperlukan kajian yang komprehensif guna membuka tabir tentang keunikan dari komet itu sendiri agar revitalisasi dari berbagai bentuk cagar budaya dapat terwujud dan tidak hilang tergerus oleh zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar