Komet
adalah sejenis gramophone (alat pemutar musik) yang terdapat di istana Siak Sri
Indrapura yang merupakan salah satu dari dua komet yang masih ada di dunia ini.
Satunya lagi berada di negera Jerman yang merupakan negara asal pembuatannya.
Komet
yang ada di istana Siak dibawa oleh sultan Siak ke XI yaitu Sultan Assayaidis
Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (Sultan Syarief Hasyim) sewaktu lawatan
beliau ke Jerman pada tahun 1896. Menurut informasi dari salah seorang petugas
yang ada di istana Siak, komet merupa barter dari rotan, kopi dan damar.
Saat
ini, piringan musik yang terbuat dari baja tersebut masih tersisa sebanyak 17
keping yang terdiri dari karya-karya komposer terkenal dunia abad XVIII yaitu
Beethoven, Mozart dan Strauss. Untuk memainkan satu karya tersebut menghabiskan
waktu lebih kurang 10 sampai 15 menit setiap piringannya. Namun sangat
disayangkan tidak semua piringan musik tersebut bisa dimainkan lagi, hal ini
dikarenakan oleh kondisi piringan musik itu sudah mengalami kerusakan. Tentu di
antara penyebabnya adalah faktor usia dan perawatan yang kurang maksimal. Komet
tersebut merupakan keluaran Goldenberg & Zeitlin dengan nomor patent 95132.
Berbeda
dengan piringan hitam, piringan musik baja pada komet ini berdiameter lebih
kurang 90 cm yang dilubangi menurut bentuk lagunya. Dengan demikian setiap
piringan tersebut terdapat banyak lubang yang merupakan konversi dari
notasi-notasi musik. Selain dari itu bentuknyapun tidak sama satu dengan
lainnya. Untuk membunyikan piringan musik tersebut, komet ini menggunakan
sistem per yang mesti diputar terlebih dahulu. Hal ini sama seperti sistem yang
juga selalu digunakan pada metronom, jam dinding maupun jam tangan yang non
digital.
Di
sinilah kelebihan komet ini yang tingkat kesulitan pembuatannya sangat tinggi
sekaligus unik. Di mana teknik konversi dari notasi ke piringan baja tersebut
memerlukan teknik dan kesabaran yang tinggi. Tentu dalam konteks ini, merujuk
dari nama komposer tersebut di atas, dapat dipastikan notasi yang dikonversikan
adalah notasi balok.
Namun kondisi terkini dari komet tersebut
tidak dapat lagi difungsikan dalam waktu yang lama, yang biasanya 10 sampai 15
menit untuk membunyikan setiap satu piringan musik tersebut. Hanya lebih kurang
3 sampai 5 menit saja komet ini dapat difungsikan, hal ini disebabkan oleh
sistem per yang ada sudah melemah seiring dengan usia yang sudah lebih kurang 118
tahun lamanya.
Mengamati
hal tersebut, agaknya diperlukan perbaikan agar fungsi dari komet ini tetap
maksimal mengingat komet adalah salah satu dari kekayaan dunia yang masih
tersisa hingga saat ini. Dan, itu terdapat di Kabupaten Siak, Propinsi Riau
Indonesia. Selain dari pada itu, diperlukan kajian yang komprehensif guna
membuka tabir tentang keunikan dari komet itu sendiri agar revitalisasi dari
berbagai bentuk cagar budaya dapat terwujud dan tidak hilang tergerus oleh
zaman.