oleh: armand rambah




music is a science and an art

Kamis, 26 Juli 2012

Lomba Musik Tradisi di FLS2N 2012


Oleh: Armand Rambah
Sempena peringatan hari pendidikan nasional (hardiknas) 2012, dinas pendidikan kota madya Pekanbaru menaja helat Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang sesungguhnya dilaksanakan selama 8 hari terhitung mulai dari tanggal 23 sampai dengan 30 April 2012. Salah satu cabang seni yang diperlombakan adalah lomba musik tradisional tingkat SD dan SMP, yang dilaksanakan pada hari Kamis 26 April 2012. Substansi tematik garapan dari lomba musik tradisional ini adalah diwajibkan bagi peserta lomba untuk dapat membuat komposisi musik yang mengangkat idiom-idiom lokal sebagai materi pokok dari eksplorasi garapan musik mereka. Walaupun dalam hal ini panitia tidak mensyaratkan idiom lokal yang harus diangkat hanyalah berasal dari budaya tempatan saja, yang dalam hal ini budaya musik tradisional Melayu Riau, namun boleh juga berpijak dari budaya musik tradisional daerah lainnya. Di sinilah kreatifitas seorang komposer sangatlah dituntut dalam meramu material bunyi untuk dijadikan komposisi musik yang secara implisit diharapkan dapat mengangkat kekayaan lokal tersebut. Sesungguhnya harapan yang dianjungkan pada helat ini sangatlah mulia adanya, baik bagi eksistensi peserta didik maupun musik tradisional itu sendiri.
Hampir seluruh percabangan seni dilombakan mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi untuk selanjutnya dilombakan lagi di tingkat nasional. Penyelenggaraan di tingkat nasional dilakukan secara bergilir di seluruh provinsi yang ada di Indonesia ini. Untuk tahun ini, konon khabarnya akan diadakan di Mataram sebagai tuan rumah perhelatan FLS2N 2012 ini. Namun ada bedanya untuk lomba tahun 2012 ini, di mana beberapa percabangan lomba tidak dilombakan lagi di tingkat nasional. Salah satu di antaranya adalah bidang lomba musik tradisional. Tentu tidak konteksnya pada tulisan ini untuk memaparkan apa alasan pihak yang berkompeten tidak memasukkan bidang lomba ini untuk diperlombakan di tingkat nasional. Padahal, lomba musik tradisional ini sama seperti lomba lainnya juga merupakan agenda turunan dari tingkat nasional yang kurang lebih sudah diselenggarakan selama 10 tahun lamanya. Imbas dari kebijakan ini tentu menjadi persoalan bila dikaitkan dengan keberadaan dari local genius itu sendiri. Bukankah salah satu tempat yang representatif untuk mengenalkan seni dan budaya itu adalah pada peserta didik baik itu tingkat dasar, menengah maupun atas?
Ada hal yang lebih mengherankan lagi, ternyata bidang lomba ini juga tidak diadakan di tingkat provinsi. Apa alasannya kok ikut-ikutan dengan kebijakan nasional yang barangkali tidak bisa mengakomodir kepentingan lokal dari setiap daerah. Dinas pendidikan provinsi  tidak hanya sebagai perpanjangan tangan dari tingkat pusat, namun juga perlu memikirkan suatu kebijakan yang tidak mematikan kearifan lokal yang menjadi karakteristik dari masing-masing daerah. Bagi peserta didik, barangkali tidak banyak wadah yang dapat menampung kreativitas mereka dalam berkesenian. Berbeda halnya dengan para seniman yang mungkin banyak waktu bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya. Realitas yang terjadi hanya tiga grup yang tampil untuk mengikuti lomba musik tradisional tersebut. Pemicu dari semua ini tentulah salah satunya tidak tersedianya jenjang prestasi yang lebih tinggi lagi, dalam hal ini tingkat nasional, yang sudah ditiadakan. Intinya dalam konteks ini perlu mendapat perhatian bagi dinas pendidikan provinsi yang salah satu perannya membina dan melestarikan kearifan lokal tersebut.
Persoalan sebagaimana yang dipaparkan di atas, syukurnya tidak terjadi pada tingkat kota madya Pekanbaru di mana pihak penyelenggaranya adalah dinas pendidikan kota Pekanbaru. Instansi ini masih konsisten mau menyelenggarakan bidang lomba yang berbasis muatan lokal tersebut. Sebut seja misalnya lomba baca syair, rebana, musik tradisional dan busana Melayu. Inilah salah satu bentuk manifestasi sikap konsisten dalam rangka membina dan melestarikan seni budaya lokal bagi perserta didik. Tentunya diharapkan dinas pendidikan kota madya Pekanbaru tetap berkomitmren untuk melaksanakan lomba seni budaya lokal tersebut.
Akhirnya, apresiasi untuk pihak penyelenggara tingkat kota madya Pekanbaru yang barangkali dapat dikatakan sukses di dalam penyelenggaraan FLS2N tahun 2012 ini. Walaupun kekurangan juga terjadi di sana sini yang dapat dijadikan bahan evaluasi dan instrospeksi untuk kebaikan mendatang. Dan, tentunya ini semua merupakan kodratik manusia, as human being nothing perfect konon katanya.