oleh: armand rambah




music is a science and an art

Senin, 15 Juni 2015

KOMPETISI PIANO DAN VIOLIN 2015




Oleh: Armand Rambah
Terakhir tahun 2011 kegiatan ini diselenggarakan, Sekolah Musik Mutiara kembali menaja helat yang sama. Sekolah Musik Mutiara adalah salah satu wadah pendidikan musik non formal di mana Fanny Soufina, yang merupakan alumni dari Akademi Kesenian Melayu Riau, sebagai pemiliknya. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 31 Mei 2015 di salah satu hotel berbintang yang ada di Pekanbaru. Dimulai dari jam 8.00 WIB dan berakhir sampai dengan jam 22.00 WIB.
Pada kegiatan ini, pihak panitia menghadirkan dewan juri untuk kompetisi paino sebanyak tiga orang. Di mana dua orang berasal dari luar Propinsi Riau, yaitu dari Jakarta dan Surabaya. Sedangkan satu orang lagi adalah penulis sendiri yang didaulat untuk jadi juri pada kompetisi piano ini. Selain juri piano, ada juga juri untuk kompetisi violin yang terdiri dari dua orang saja. Salah seorang di antaranya didatangkan dari Padangpanjang dan seorangnya lagi dari Pekanbaru sendiri.
Bila dilihat dari jumlah peserta yang ikut dalam kompetesi ini, dapatlah dikatakan pihak panitia cukup berhasil di dalam menyelenggarakannya. Tidak kurang dari 200 orang lebih peserta yang datang dari berbagai daerah untuk mengikuti kompetisi ini, misalnya dari Tanjung Pinang, Padang, Dumai, Jambi dan dari Pekanbaru sendiri sebagai tuan rumah.
Kompetisi ini terdiri dari berbagai kategori, yaitu tingkat basic, elementary, dan advanced. Setiap kategori inipun dibagi lagi dengan menyesuaikannya pada tingkat usia peserta. Artinya, pada kompetisi ini pihak panitia telah melakukan klasifikasi peserta yang disesuaikan dengan tingkat usianya agar lomba tersebut berlangsung dengan adil (fair play).
Sisi lain yang perlu juga dicermati adalah terciptanya ruang yang dapat memberikan stimulasi akan minat anak muda untuk lebih lagi mencintai musik, khususnya musik klasik. Hal ini perlu dicermati dan dipahami sebagai menu lain dari pagelaran musik yang sudah ada, misalnya pertunjukan musik Melayu, pop, rock, jazz, dangdut, dan lain sebagainya.
Sebagaimana kita ketahui, khususnya di Pekanbaru, posisi musik klasik adalah yang paling minim peminat bila dibandingkan dengan jenis musik lainnya. Sementara secara teknik dan gramatika musik, ianya dapat dikatakan sudah mapan untuk dijadikan metode dan materi belajar musik. Jadi tidak ada salahnya bilamana genre musik ini juga tumbuh dan berkembang seiring dengan jenis musik lainnya yang telah ada.
Bila dilihat dari peserta yang ikut, tentu harapan bagi putra-putri Riau khususnya, Indonesia umumnya, di dalam mengembangkan bakatnya pada bidang musik, khususnya musik klasik yang notabene juga sudah merupakan milik dunia. Musik klasik Barat tidak dapat lagi dikatakan hanya milik bangsa-bangsa yang ada di Barat sana, namun ianya juga sudah menjadi milik semua bangsa-bangsa yang ada di dunia ini.
Bahkan beberapa negara di Asia justru memberlakukan musik Barat sama pentingnya dengan musik muatan lokal mereka. Sebut saja Negara Jepang, Pilipina, Korea, bahkan China sekalipun yang merupakan salah satu negara dengan peradaban tertuanya, juga melakukan hal yang sama. Hal ini dibuktikan banyaknya pemain musik klasik yang berasal dari negeri tirai bambu terebut. Misalnya dua pianis terkenal dunia yaitu Lang Lang,Yuja Wang dan salah seorang komposer terkenal dunia, yaitu Tan Dun yang banyak karyanya berangkat dari ide lokal China dengan medium musik Barat. Tentu hal ini adalah suatu keniscayaan juga bagi kita di dalam membangun peradaban yang lebih baik di bidang musik ke depannya. Mudah-mudahan…